Rabu, 20 Maret 2013
Rabu, 16 Januari 2013
3 Tingkatan Ma'rifat
Hadrotusyaikh Sulaiman bin Sahlan Q.S.
Ada 3 (tiga) tingkatan ma’rifat: Pertama, ma’rifatnya orang awam: yaitu
ma’rifat kepada Allah dengan bersyahadat. Kedua, ma’rifatnya para filosof dan ulama: yaitu ma’rifat kepada Allah
dengan logika akal dan ilmu serta dalil-dalil, baik dari dalil al-Qur’an maupun
al-Hadist (baru pada tingkat, katanya-katanya dan katanya). Ketiga, yaitu
ma’rifatnya kepada Allah para wali Allah dengan merasakan di dalam Qolbi
Sanubari al Hakiki Arruhani. Ma’rifat kepada Allah pengertian pertama dan kedua
belum merupakan ma’rifat yang hakiki kepada Allah. Keduanya masih berada di
dalam wilayah ilmul yakin dan ainul yakin. Ma’rifat menurut pengertian yang
ketigalah yang merupakan ma’rifat kepada Allah yang hakiki dan inilah yang
disebut dengan ma’rifatnya para wali Allah yang ma’rifat kepada Allah secara
hakkul yakin bukan hanya ma’rifat dari sisi ilmul yakin dan ainul yakin saja,
tetapi bahkan sampai dengan merasakan dengan yang sebenar-benarnya. Tidak bisa
disebut mengenal dengan sebenar-benarnya sebelum bisa merasakan dengan sebenar-benarnya.
Ada 3 (tiga) Latifah yang fungsinya untuk berkomunikasi dengan Allah: yaitu pertama Latifah Qolbi Sanubari; kedua Latifah Ruuhi; dan ketiga Latifah Sirri. Adapun Latifah Qolbi Sanubari berfungsi untuk mengenal Allah, Latifah Ruuhi berfungsi untuk mencintai Allah, dan Latifah Sirri berfungsi untuk memandang Allah. Latifah Sirri lebih halus daripada Latifah Ruuhi dan Latifah Ruuhi lebih halus daripada Latifah Qolbi Sanubari.
Latifah Qolbi Sanubari tempatnya di bawah susu kiri berjarak sekitar 2
jari-jari agak kesebelah kiri; Latifah Ruuhi tempatnya di bawah susu kanan
berjarak sekitar 2 jari-jari agak kesebelah kanan; Latifah Sirri tempatnya di
bawah Latifah Qolbi Sanubari berjarak sekitar 2 jari-jari agak kesebelah
kiri;
Ketika Latifah Qolbi Sanubari dapat memandang Allah; lenyap dari segala sesuatu
yang lain selain Allah ketika nampak Allah; yang hal ini menggambarkan
betapa dekatnya hubungan seorang hamba dengan Rabnya; yang bisa juga
dikatakan sebagai mengenal Allah dari dekat, itulah Ma’rifat.
Kalau mahabbah menggambarkan kedekatan hubungan seorang hamba dengan
Rabnya dalam bentuk cinta, ma’rifat menggambarkan kedekatan hubungan
seorang hamba dengan Rabnya di dalam Qolbi Sanubari. Artinya, seorang hamba
yang telah mencapai tingkat ma’rifat, ia berada dan mersakan begitu dekat
dengan Rabnya. Oleh karena itu, para wali Allah mengatakan: “kalau mata yang
di hati terbuka, maka mata yang di kepala tertutup, lalu ketika itu yang
dilihatnya hanyalah Allah; jika seorang wali Allah melihat ke cermin, maka yang
dilihatnya hanyalah Allah. Yang dilihat seorang wali Allah dikala tidur maupun dikala
terjaga atau bangun hanyalah Allah“.
Ma’rifat yang berkenaan dengan hakikat tentang Allah bukanlah pengetahuan
mengenai kemahaesaan Allah yang diimani oleh orang mukmin biasa, akan tetapi ilmu
mengenai sifat-sifat Allah yang wahdaniyyat yang khusus bagi para wali
Allah, karena mereka para wali Allah sajalah yang menyaksikan Allah dengan Qolbi
Sanubari Al Hakiki Arruhani. Mereka para wali Allah itu mengenal dan melihat
Allah dengan kasaf yang tidak dimiliki oleh hamba-hamba Allah selain wali Allah.
Ma’rifat yang hakiki, khusus diberikan oleh Allah kepada para waliNya,
sebab hanya para waliNya-lah yang
sanggup menerimanya, setelah mereka berhasil melewati maqam demi maqam. Ma’rifat
hakiki seperti ini dimasukkan oleh Allah ke dalam Qolbi Sanubari Al Hakiki
Arruhani seorang hamba yang dicintaiNya yang kemudian Allah membuat Qalbi
Sanubari mereka penuh cahaya ketuhanan. Ada ungkapan wali Allah :
“Aku melihat Allah dengan Allah dan sekiranya bukan karena Allah aku
tidak akan bisa melihat Allah ”.
Latifah Qolbi Sanubari disini bukanlah
jantung dalam bahasa Indonesia atau heart dalam bahasa Inggris. Latifah
Qolbi Sanubari disini adalah Latifah yang berfungsi sebagai alat untuk merasakan
juga sekaligus merupakan alat untuk berfikir; suatu pekerjaan yang tidak dapat dilakukan
oleh jantung atau hati; Ini berbeda dengan ‘Akal, sebab Latifah Qolbi Sanubari dapat
mengetahui hakekat segala yang ada dan bila Latifah Qolbi Sanubari menerima
limpahan cahaya dari Allah, ia akan dapat mengetahui rahasisa-rahasia Allah,
suatu hal yang tak dapat dicapai oleh ‘Akal.
Proses memperoleh ma’rifatnya wali Allah yang ahli ma’rifat adalah dengan latihan yang terus menerus atau
mujahadah dan riadoh yang disertai dengan holwat dan nguzlah atau menyendiri,
yaitu menyendirikan diri di tempat sepi sebagai upaya latihan awal untuk
menyendirikan diri dari selain Allah.
Sewaktu Latifah Qolbi Sanubari dan Latifah Ruuhi seorang wali Allah
yang ahli ma’rifat yang telah suci
sesuci-sucinya dan telah kosong sekosong-kosongnya dari segala hal yang dapat
mengganggu, tibalah saatnya bagi seorang wali Allah yang ahli ma’rifat menangkap cahaya Allah yang diturunkan oleh
Allah kepada hambaNya yang dipilih dan dikehendakiNya. Dan dikala seorang wali
Allah menerima cahaya yang diturunkan oleh Allah melalui Latifah Sirri yang
diperolehnya, maka yang dilihat oleh seorang wali Allah yang yang ahli ma’rifat
tersebut hanyalah Allah dan sampailah ia
pada ma’rifat yang hakiki atau yang disebut dengan wusul ilalloh – sampai
kepada Allah atau bertemu dengan Allah. Makin banyak wali Allah memperoleh
ma’rifat yang hakiki ini, makin banyak ia mengetahui rahasia-rahasia Allah dan
makin dekatlah ia kepada Allah.
Walaupun seorang wali Allah yang ahli ma’rifat yang sudah sedemikian dekatnya dengan Allah,
namun tidak akan bisa memperoleh ma’rifat secara penuh atau sempurna, karena
manusia bersifat terbatas, sedang Allah bersifat tidak terbatas. Semisal cangkir
teh tak akan mungkin bisa menampung semua air yang ada di laut. Manusia,
termasuk di dalamnya para wali Allah adalah makhluk yang terbatas kemampuannya.
Oleh sebab itu, seorang wali Allah yang ahli ma’rifat yang adalah manusia juga yang sifatnya
terbatas itu tidak akan mungkin mampu mengetahui
hakikat ketuhanan secara penuh dan sempurna. Ma’rifat semacam inilah
yang membuat tasawuf diperbolehkan bagi ahli syariat dhohir. Jika tidak, kaum
syariat dhohir akan melarang hal-hal yang berhubungan dengan tasawuf, sebab
dipandang menyeleweng dari ajaran Islam.
kunci:
istiqomah amal sebelas dan tawajuhan
hari selasa agar bisa wusul
7 Sifat Nafsu
7 Sifat Nafsu
1.
Amarah,
yaitu nafsu yang membiarkan dirinya
terperosok ke dalam sifat hina dan
terlena dalam kelezatan sahwat, ajakan dan perintah syaitan dan iblis laknatulloh
yang menyesatkan.
2.
Lawwamah,
yaitu nafsu yang apabila dalam keadaan
sadar, sedang ingat dan tidak lalai, maka ia menuruti perintah-perintah Allah
dan berbuat baik. Namun bila lalai ia kembali kepada aslinya yaitu seperti
nafsu amarah.
3.
Mulhimah,
yaitu nafsu yang sudah terhindar dari
gangguan nafsu dan bisikan syaitan. Kemudian dipenuhi ilham malaikat dengan
benar dan kepatuhan. Kalau nafsu ini tetap dalam kesembronoannya, maka nafsu
ini akan dalam bentuk aslinya yaitu amarah walaupun jasad sudah fana.
4.
Mutma’innah,
yaitu nafsu yang sudah disinari Nur-nya
Qolby Al-Hakiki Ar-Ruhani dan terhindar
serta terjaga dari sifat-sifat tercela, dan mempunyai sifat mulia atau nafsu
ini sudah tenang dalam mengikuti perintah Allah dan sudah tidak ada gelisah
karena nafsu sudah fana.
5.
Rodliyyah,
yaitu nafsu yang sudah fana secara haqiqi
dan mempunyai sifat-sifat yang bisa melihat dengan jelas dan memiliki
sifat-sifat mulia karena telah hilang sifat-sifat jahatnya.
6.
Mardliyyah,
yaitu nafsu yang sudah diselimuti sifat
baqo’ yang haqiqi; yaitu keadaan dimana Qolby Al-Haqiqi Ar-Ruhani terus-menerus
tawajuh ilalloh dan berhias diri dengan anugrah
melihat wujudnya Dzat yang dicintainya.
7.
Kamilah/Ubudiyyah,
yaitu nafsu yang menjadi sarana alat untuk
beribadah dengan kesempurnaan perilaku,
asma, sifat-sifat Allah.
Catatan:
Kita tidak bisa menjadi
insan kamil hanya dengan mempeljari dan
memahami tahapan-tahapan tersebut, namun
harus melalui suluk dengan salah satu thoriqoh yang dapat menyampaikan ke
derajat mulia. Dan Thoriqoh yang paling dekat dan cepat adalah Thoriqoh
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyyah Dliyaiyyah. Ketahuilah mensucikan nafsu
hanya bisa dilakukan dengan pencerahan 5 latifah amriyah; yaitu (1) latifah
Qolby Sanubari, (2) Latifah Ruhi, (3) Latifah Siri, (4) Latifah Khofy dan (5)
Latifah Akhfa.
CIRI-CIRI ORANG MA'RIFAT
Kumohon hidupkanlah hatiku dengan nur ma’rifat
kepadaMu.
Hai hamba ! Bersihkan hatimu dengan meyakini bahwa:
1. Segala
sesuatu itu berasal dariKu dan harus dikembalikan kepadaKu;
2. Segala
yang maujud Aku yang menciptakan;
3. Segala
yang ada Aku yang mengadakan;
4. Segala
yang bergerak Aku yang menggerakan;
5. Segala
yang berbunyi Aku yang menbunyikan;
6. Segala
yang bersuara Aku yang memberikan suaranya;
7. Segala
yang kamu rasakan Aku yang memberikan rasa itu;
8. Segala
yang datang Aku yang mendatangkan;
9. Segala
yang kamu mikmati Aku juga yang memberikan nikmat itu.
Usahakan dirimu untuk selalu
bisa:
1. Bersahabat
secara akrab dan dekat denganKu;
2. mencintai Aku dan dicintai
oleh Aku;
3. selalu memandang
Aku dengan hatimu;
4. tidak putus
berkomunikasi dua arah denganKu;
5. banyak
ingat kepadaKu di dalam hatimu;
6. selalu
bersamaKu hatimu;
7. tidak
lupa kepadaKu hatimu;
9. menjadi ahli
ikhlas, ahli syukur, ahli sabar dan ahli taat kepadaKu;
10. menghargai
dan menyayangi makhlukKu;
11. selalu
merasakan keberadaanKu;
12. duduk denganKu, berdiri denganKu, berjalan denganKu, berbaring
denganKu, tidur denganKu, berkata-kata denganKu, mendengar denganKu dan jangan pernah
berpisah dariKu;
14. jika mata hatimu telah Aku buka kamu akan banyak melihat rahasia-rahasiaKu
Aku jadikan kamu orang mulia di sisiKu
Aku jaga dan Aku jamin kehidupanmu;
15. Ketahuilah Aku mengadakan kamu tapi Aku ingin kamu merasa tiada.
Wejangan: Mbah Kyai Sulaiman Sahlan Q.S.
Langganan:
Postingan (Atom)